BAB I
PENDAHULUAN
2.1
TEORI PEMBAHASAN
Bagian manakah dari otak yang menjadikan siapa kita :
cerdas, individu yang berfikir, masing-massing dengan kepribadian kita sendiri.
Ilmuan dan dokter yakin bahwa semua bagian dari otak berperan penting pada keunikan
individual manusia.Namun, daerah daerah yang menciptakan hubungan dengan
membandingkan dengan pesan-pesan syaraf baru dengan nomor yang tersimpan
merupakan bagian yang paling penting.
Pesan-pesan yang dalam sekejap memancar
melewati jaringan rumit neuron asosiasi di otak menciptakan “kita” dengan sikap
kecerdasan perasaan, reaksi, tata cara, dan daya nilai daya kita
Kebanyakan daerah asosiasi penting berada
pada korteks pre frontal yang berada di bagian depan masing-masing lobus
frontal. Ini merupakan bagian “pikir” otak yang berurusan dengan kemampuan
belajar , kecerdasan dan kepribadian.
Korteks prefrontal memungkinkan kita
berfikir, membayangkan, menjadi kreatif,merencanakan masa depan,menyelesaikan
masalah,mengkhawatirkan orang lain, dan bertindak dengan cara bijaksana dan
peduli.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KESULITAN BELAJAR
(LEARNING DISSABILITY) DAN MASALAH EMOSI
Kesulitan
belajar adalah kondisi dimana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau
di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar
yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi,
berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi
integrasi sensori motorik (Clement, dalam Weiner, 2003). Berdasarkan pandangan
Clement tersebut maka pengertian kesulitan belajar adalah kondisi yang
merupakan sindrom multidimensional yang bermanifestasi sebagai kesulitan
belajar spesifik (spesific learning
disabilities),
hiperaktivitasdan/atau distraktibilitas dan masalah emosional. Kelompok anak
dengan Learning Dissability(LD) dicirikan dengan adanya gangguan-gangguan tertentu yang
menyertainya. Menurut Cruickshank (1980) gangguan-gangguan tersebut adalah
gangguan latar-figure, visual-motor, visual-perceptual, pendengaran, intersensory, berpikir konseptual dan abstrak, bahasa, sosio-emosional, body
image, dan konsep diri.
Tidak
seperti cacat fisik, kesulitan belajar tidak terlihat dengan jelas dan sering
disebut ”hidden handicap”. Terkadang kesulitan ini tidak disadari oleh
orangtua dan guru, akibatnya anak yang mengalami kesulitan belajar sering
diidentifikasi sebagai anak yangunderachiever, pemalas, atau aneh. Anak-anak ini mungkin mengalami
perasaan frustrasi, marah, depresi, cemas, dan merasa tidak diperlukan (Harwell,
2001).
Definisi
Kesulitan Belajar
Istilah
yang digunakan untuk menyebut Anak Berkesulitan Belajar (ABB) cukup beragam.
Keragaman istilah ini disebabkan oleh sudut pandang ahli yang berbeda-beda.
Kelompok ahli bidang medis menyebutnya
dengan istilah brain injured, dan minimal
brain dysfunction, kelompok ahli
psikolinguistik menggunakan istilah language
disorders, dan selanjutnya dalam bidang pendidikan ada yang menyebutnya
dengan istilah educationally handicaped.
Namun istilah umum yang sering digunakan
oleh para ahli pendidikan adalah learning disabilities (Donald, 1967:1 ) yang diartikan sebagai
"Kesulitan Belajar". Karena sifat kelainannya yang spesifik, kelompok
anak yang mengalami kesulitan belajar ini, disebut Specific Learning
Disabilities yaitu Kesulitan Belajar Khusus (Painting, 1983: Kirk, 1989).
Dalam
dunia pendidikan digunakan istilah educationally handicapped karena anak-anak ini mengalami kesulitan
dalam mengikuti proses pendidikan, sehingga mereka memerlukan layanan
pendidikan secara khusus (special education) sesuai dengan bentuk dan derajat
kesulitannya (Hallahan dan Kauffman, 1991). Layanan pendidikan khusus yang
dimaksud tidak hanya berkaitan dengan kesulitan yang dihadapinya, tetapi juga
dalam
strategi atau pendekatan bantuannya.
Istilah
yang digunakan oleh para medis adalah
brain injured, minimal brain dysfunction, dengan alasan bahwa dari hasil deteksi secara medis anak-anak
berkesulitan belajar mengalami penyimpangan dalam perkembangan otaknya yang diakibatkan oleh adanya masalah pada
saat persalinan atau memang sejak dalam kandungan mengalami penyimpangan. Penyimpangan
perkembangan otak biasanya tidak menimbulkan kelainan struktural, akan tetapi
penyimpangan tersebut dapat menimbulkan gangguan fungsi pada otak (Dikot, Y.,
1992:6). Sementara itu para ahli bahasa menyebutnya dengan istilah language disorders karena anak-anak
berkesulitan belajar mengalami gangguan dalam berbahasa.
Gangguan
bahasa yang dimaksud meliputi berbahasa ekspresif yaitu kemampuam mengemukakan
ide atau pesan secara lisan, dan berbahasa reseptif yaitu kemampuan menangkap
ide atau pesan orang lain yang disampaikan secara lisan. Adapun pengertian
tentang anak berkesulitan belajar khusus , sebagaimana dijelaskan oleh Canadian
Association for Children and Adults with Learning Disabilities (1981) adalah
mereka yang tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah meskipun kecerdasannya
termasuk rata-rata, sedikit di atas rata-rata, atau sedikit di bawah rata-rata,
dan apabila kecerdasannya lebih rendah dari kondisi tersebut bukan lagi
termasuk learning disabilities. Keadaan
ini terjadi sebagai akibat disfungsi minimal otak (DMO) yaitu karena adanya penyimpangan dalam perkembangan
otak yang dapat berwujud dalam berbagai kombinasi gejala gangguan seperti :
gangguan persepsi, pembentukan konsep, bahasa, ingatan, kontrol perhatian atau
gangguan motorik. Keadaan ini tidak disebabkan oleh gangguan primer pada
penglihatan, pendengaran, gangguan
motorik , gangguan emosional, retardasi mental, atau akibat lingkungan
(Wright,dkk., 1985).
Public
Law (Hallahan dan Kauffman, 1991: 126) menjelaskan tentang "Specific learning Disabilities"
sebagai gangguan pada satu proses psikologis dasar atau yang lebih terlihat
didalam penggunaan bahasa lisan dan tulis dengan wujud seperti
ketidaksempurnaan mendengar, memikirkan, membicarakan, membaca, menulis,
mengucapkan atau melakukan penghitungan matematis. Di dalam istilah kesulitan
belajar tercakup kondisi-kondisi halangan persepsi, cedera otak, disfungsi minimal
otak, disleksia, dan aphasi perkembangan. Istilah ini tidak mencakup anak yang
mempunyai masalah yang pada dasarnya sebagai akibat hambatan visual,
pendengaran, tunagrahita, gangguan phisik , gangguan emosi, lingkungan, budaya,
dan ekonomi yang kurang menguntungkan.
The
National Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD) mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah
istilah umum yang digunakan untuk kelompok gangguan yang heterogen yang berupa
kesulitan nyata dalam menggunakan pendengaran, percakapan, membaca, menulis,
berfikir, dan kemampuan matematika. Gangguan ini terdapat didalam diri
seseorang dan dianggap berkaitan dengan disfungsi sistem syaraf pusat.
Sekalipun kesulitan belajar mungkin berdampingan dengan kondisi-kondisi
hambatan lain (misalnya perbedaan budaya, kekurangan pengajaran, faktor
penyebab psikogen), kesulitan belajar bukan akibat langsung dari kondisi atau
pengaruh tersebut.
Memperhatikan ketiga pengertian tentang anak berkesulitan belajar khusus
tersebut, tergambar bahwa sumber penyebabnya yaitu pada "disfungsi sistem
syaraf pusat". Kondisi "disfungsi" menunjukkan adanya gangguan
fungsi dari sistem syaraf sehingga tidak berperan sebagaimana mestinya.
Gangguan yang terjadi pada aspek organis, dan pada proses psikologis dasar
berupa gangguan berbahasa, artikulasi, membaca, menulis ekspresif dan berhitung
tidaklah bersifat permanen, sehingga memungkinkan kembali berfungsi optimal
manakala memperoleh layanan yang sesuai.
Berdasarkan gambaran di atas, kita dapat membuat batasan yang lebih ringkas sebagai berikut. “
Anak berkesulitan belajar adalah anak yang mengalami kesulitan dalam
tugas-tugas akademiknya, yang disebabkan oleh adanya disfungsi minimal otak,
atau dalam psikologis dasar, sehingga prestasi belajarnya tidak sesuai dengan
potensi yang sebenarnya, dan untuk mengembangkan potensinya secara optimal
mereka memerlukan pelayanan pendidikan
secara khusus”.
Bagaimana pandapat Anda tentang batasan di
atas?
Klasifikasi
Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan
kelompok kesulitan yang
heterogen, sehingga sulit
untuk diklasifikasikan secara spesifik. Namun demikian, pengklasifikasian itu diperlukan
dalam menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Kirk dan Gallagher (1989 : 187)
menjelaskan bahwa kesulitan belajar dibedakan dalam kategori besar, yaitu : (1)
kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan ( developmental learning
disabilities) dan (2) kesulitan belajar akademik (academic learning
disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan, mencakup
gangguan perhatian,ingatan ,motorik dan persepsi, bahasa, dan berpikir;
sedangkan kesulitan belajar akademik
mencakup kesulitan membaca,
menulis, dan berhitung atau matematika. Kesulitan belajar
dalam perkembangan dapat mempengaruhi proses untuk menerima,
menginterpretasikan, dan merespon stimulus dari lingkungannya. Dengan demikian masalah sering terjadi dalam
proses penerimaan informasi,
tetapitidak selalu dihubungkan dengan masalah prestasi akademik. Sebagai
contoh, ada beberapa anak yang mengalami
kekurangan perceptual-motor tidak mampu
membaca, tetapi anak lainnya dengan
kekurangan yang sama mampu membaca.
Dalam beberapa hal terdapat hubungan antara kesulitan dalam perkembangan dan kesulitan belajar akademik, yang
menggambarkan kekurangan dalam
keterampilan prasyarat( prerequisite).
Sebagai contoh, sebelum anak
dapat belajar menulis, ia harus memiliki
keterampilan atau kemampuan tertentu (
sebagai prasyarat) seperti koordinasi mata-tangan, mengingat, dan
kemampuan mengurutkan; sedangkan untuk
belajar membaca, anak membutuhkan kemampuan membedakan stimulus visual dan auditori,
mengingat, asosiasi , dan mengkonsentrasikan
perhatiannya. Kesulitan belajar akademik merupakan suatu kondisi yang secara signifikan menghambat proses
belajar membaca, menulis, dan operasi
berhitung. Kesulitan tersebut tampak ketika anak sudah
masuk sekolah dan prestasinya di bawah potensi
akademiknya.
Rendahnya prestasi tersebut bukan disebabkan
oleh keterbatasan mental (tunagrahita),gangguan emosi yang serius, atau gangguan
sensori,atau keterasingan dari lingkungan.
B. Faktor penyebab Kesulitan
Belajar
Ada beberapa penyebab kesulitan
belajar yang terdapat pada literatur dan hasil riset (Harwell, 2001), yaitu :
1. Faktor keturunan/bawaan
2. Gangguan semasa kehamilan, saat
melahirkan atau prematur
3. Kondisi janin yang tidak menerima
cukup oksigen atau nutrisi dan atau ibu yang merokok, menggunakan obat-obatan (drugs),
atau meminum alkohol selama masa kehamilan.
4. Trauma pasca kelahiran, seperti demam
yang sangat tinggi, trauma kepala, atau pernah tenggelam.
5. infeksi telinga yang berulang pada
masa bayi dan balita. Anak dengan kesulitan belajar biasanya mempunyai sistem
imun yang lemah.
6. Awal masa kanak-kanak yang sering
berhubungan dengan aluminium, arsenik, merkuri/raksa, dan neurotoksin lainnya.
Riset
menunjukkan bahwa apa yang terjadi selama tahun-tahun awal kelahiran sampai
umur 4 tahun adalah masa-masa kritis yang penting terhadap pembelajaran ke
depannya. Stimulasi pada masa bayi dan kondisi budaya juga mempengaruhi belajar
anak. Pada masa awal kelahiran samapi usia 3 tahun misalnya, anak
mempelajari bahasa dengan cara mendengar lagu, berbicara kepadanya, atau
membacakannya cerita. Pada beberpa kondisi, interaksi ini kurang dilakuan, yang
bisa saja berkontribusi terhadap kurangnya kemampuan fonologi anak yang dapat
membuat anak sulit membaca (Harwell, 2001)
Sementara
Kirk & Ghallager (1986) menyebutkan faktor penyebab kesulitan belajar
sebagai berikut:
1. Faktor Disfungsi Otak
Penelitian
mengenai disfungsi otak dimulai oleh Alfred Strauss di Amerika Serikat pada
akhir tahun 1930-an, yang menjelaskan hubungan kerusakan otak dengan bahasa,
hiperaktivitas dan kerusakan perceptual. Penelitian berlanjut ke area neuropsychology yang menekankan adanya perbedaan pada
hemisfer otak. Menurut Wittrock dan Gordon, hemisf er kiri otak berhubungan
dengan kemampuan sequential
linguistic atau kemampuan
verbal; hemisfer kanan otak berhubungan dengan tugas-tugas yang berhubungan
dengan auditori termasuk melodi, suara yang tidak berarti, tugas visual-spasial
dan aktivitas non verbal. Temuan Harness, Epstein, dan Gordon mendukung
penemuan sebelumnya bahwa anak-anak dengan kesulitan belajar (learning
difficulty) menampilkan kinerja yang lebih baik daripada kelompoknya
ketika kegiatan yang mereka lakukan berhubungan dengan otak kanan, dan buruk
ketika melakukan kegiatan yang berhubungan dengan otak kiri. Gaddes mengatakan
bahwa 15% dari anak yang termasuk underachiever,
memiliki disfungsi system syaraf pusat (dalam Kirk & Ghallager, 1986)
Hemisfer
Kiri dan Kanan
Hemisfer
kiri menerima dan memproses inpuls saraf dari indra di sisi kanan tubuh lalu ia
mengirimkan perintah kepada otot dann organ organ lain di sisi kanan tubuh
hemisfer serebral kanan mengendalikan sisi kiri tubuh dengan cara serupa jika
kitamenggerakkan lengan kiri kita misalnya perintah untuk gerakan itu datang
dari sisis kanan otak kita. Terjadi demikian karena serat-serat saraf menyilang
dari satu sisi ke sisi lain pada puncak korda spinal yang berada di sisi kiri
tubuh ke bagian kanan otak dan sebaliknya.
Ada
perbedaan-perbedaan antara 2 hemisfer serebral. Hemisfer kiri bertanggung jawab
untuk keterampilan matematis dan kata. Sedangkan hemisfer kanan bertanggung
jawab untuk keterampilan musik dan artistik. Pada 90% orang hemisfer serebral
kiri bertanggung jawab untuk bahasa, lisan, dan tulisan dan untuk kendali halus
pada tangan. Inilah sebabnya sebangian besar orang menggunankan tangan kanan.
Dan 10% gerakan halus dikendalikan oleh hemisfer sebelak kanan, dan mereka
adalah orang yang beraktifitas dengan sisi kiri atau disebut kidal.
2. Faktor Genetis
Munculnya anak-anak berkesulitan belajar khusus, dapat disebabkan oleh
faktor
genetis atau keturunan sebagaimana
dikemukakan oleh Finucci dan Child, (1983) serta
Owen, Adams, Forrest, Stoltz dan Fisher
(1971). Sementara itu, dari hasil
penelitian Olson,
Wise, Conners, Rack dan Fulker (1989),
ditemukan bahwa pada anak-anak yang kembar
identik (kembar siam) banyak yang mengalami
kesulitan membaca.
Otak
dan Belajar
Belajar adalah kegiatan memperoleh
keterampilan dan pengalaman baru. Belajar bisa melalui pengajaran atau melalu
pengalaman. Kemampuan untuk belajar bergantung pada memori. Keterampilan fisik
seperti menulis atau bermain sepak bola dipelajari dengan cara mencoba. Kita
mencoba banyak hal menilai seberapa baik kita melakukannya dan menyimpan
pengalaman kita di dalam memori. Jenis pelajar ini mungkin sulit, tapi begitu
keterampilan dikuasai hal itu menjadi luar biasa. Fakta, angka dan bahsa
dipelajari dengan memindahkan informasi dari yang sudah dilihat dan didengar ke
dalam memori. Informasi semacam itu mungkin hilang jika tidak sering diulang,
tetapi mempelajari sesuatu yang pernah kita pelajari itu memang menjadi lebih
mudah. Ketika dilahirkan kita tidak perlu belajar bagaimana belajar. Kerangka
belajar dasar sudah ada di dalam orak sejak lahir. Belajar tampaknya merupakan
pembentukan hubungan-hubungan baru antara milyaran neuron asosiasi di dalam
otak. Ketika inpuls saraf melalui jalur yang dibentuk oleh hubungan tertentu
kita bisa menginggat kembali apa yang sudah kita pelajari. Semakin banyak kita
mengulangi apa yang sudah kita pelajari memalui pengajaran semakin rumit
menghubungkan hubungan yang terbentuk didalam otak.
Memori
Memori adalah kemampuan otak untuk menyimpan
dan menemukan kembali informasi .
Ada tiga jenis memori yang utama.
1.
Memori
jangka panjang
a. Secara selektif menyimpan informasi. Beberapa
bersifat sepele,sedangkan beberapa penting yang diingat dalam jangka waktu
panjang bahkan mungkin seumur hidup.
2.
Memori
jangka pendek
a. Memori ini bisa hanya berlangsung dalam
beberapa detik sampai beberapa jam. Sebagian besar informasi yang disimpan
dalam memori jangka pendek hilang,tapi beberapa diantaranya jika digunakan
kembali atau dilatih dengan memori lama mungkin dipindahkan ke memori jangka
panjang.
3.
Memori
Sensoris
a. Informasi yang disimpan dalam memori sensoris
sangat berjangka pendek.
3. Faktor Lingkungan Anak berkesulitan belajar yang disebabkan
oleh faktor lingkungan sangat sulit untuk
didokumentasikan. Meskipun demikian sering
dijumpai adanya masalah dalam belajar
yang disebabkan oleh faktor lingkungan seperti guru-guru yang tidak
mempersiapkan program pengajarannya dengan baik atau kondisi keluarga yang
tidak menunjang. Dengandemikian,
lingkungan yang menyebabkan timbulnya
kesulitan belajar pada anak, bukanlah bersifat primer (utama), tetapi lebih
banyak bersifat sekunder.
Dari hasil penelitian para ahli diagnostik,
ditemukan empat faktor yang dapat
memperberat gangguan dalam belajar. Keempat
faktor ini sering ditemukan pada anak
yang mengalami kesulitan dalam belajar (Kirk/Gallagher,1989:197). Adapun
keempat faktor tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kondisi fisik, yang meliputi gangguan
visual, gangguan pendengaran, gangguan keseimbangan dan orientasi
ruang, body image yang rendah, hiperaktif, serta kurang gizi..
2.
Faktor lingkungan
Lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah yang kurang menguntungkan
bagi anak, akan menghambat perkembangan sosial, psikologis dan pencapaian
prestasi akademis.
Pengalaman yang mengoncangkan jiwa, perasaan
tertekan dalam keluarga, dan kesalahan dalam mengajar juga dapat menghambat
kemajuan belajar, akan tetapi anak yang
mengalami hambatan tersebut tidak disebut anak yang berkesulitan belajar,
kecuali faktor lingkungan yang tidak menguntungkan ini mengakibatkan adanya
gangguan konsentrasi, memori dan proses berfikir.
3.
Faktor Motivasi dan Afeksi
Kedua faktor ini dapat memperberat anak yang
mengalami berkesulitan belajar. Anak yang selalu gagal pada satu mata pelajaran
atau beberapa mata pelajaran cenderung
menjadi tidak percaya diri, mengabaikan tugas, dan rendah diri. Sikap ini akan
mengurangi motivasi belajar dan muncul
perasaan-perasaan negatif terhadap
hal-hal yang berhubungan dengan sekolah. Kegagalan ini dapat membentuk pribadi anak
menjadi seorang pelajar yang pasif (tak
berdaya).
4.
Kondisi Psikologis
Kondisi psikologis (yang berhubungan dengan perkembangan anak berkesulitan
belajar) ini meliputi gangguan perhatian,
persepsi visual, persepsi pendengaran, persepsi motorik, ketidakmampuan
berfikir, dan lambat dalam kemampuan berbahasa. Perbedaan antara faktor penyebab (
faktor primer) dan faktor yang memperberat (faktor sekunder) merupakan hal yang
mendasar dalam melakukan remidi. Dalam pelaksanaannya harus dianalisis secara
cermat mana yang merupakan faktor primer
dan mana yang merupakan faktor sekunder
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan
gambaran di atas, kita dapat membuat
batasan yang lebih ringkas
sebagai berikut.
“ Anak berkesulitan belajar adalah anak yang
mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademiknya, yang disebabkan oleh adanya
disfungsi minimal otak, atau dalam psikologis dasar, sehingga prestasi
belajarnya tidak sesuai dengan potensi yang sebenarnya, dan untuk mengembangkan
potensinya secara optimal mereka memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus”. Faktor Utama kesulitan
belajar bisa dikatakan Disfungsi otak. Selain itu juga ada faktor lain seperti
Faktor Genetis .
3.2 Daftar Pustaka
Bush, Jo Wilma & Waugh, Kenneth (1976).
Diagnosing Learning Disabilities.
Second Edition,Ohio : Columbus.
Melihat Dengan Mikroskop OTAK Pusat
Syaraf Tubuh Kita
Peberbit : PT Widyadara
Pengarang : Richard Walker